Kamis, 25 Februari 2010

Ketajaman Rasa dan Bahasa Hati

Salam Sahabat Mahakosmos,

Sesungguhnya konsep Mahakosmos adalah sangat sederhana hanya kembali kepada fitrah, mensucikan diri, mengosongkan dari segala program mindset negative yang berakibat korsletnya rangkaian listrik tubuh dan pikiran, serta ikhlas menjalankan Qodho dan Qodar (alias takdir dan ketetapan Allah Sang Penguasa Semesta).

Kita hidup tidak sendirian di semesta alam ini, ada yang berwujud nyata (fisika Newton) seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan apapun yang tampak, maupun metafisik (fisika quantum) ghoib / tidak tampak seperti pikiran, perasaan, motif, sifat, karakter,mind set bahkan mahluk-mahlukNya yang ghoib seperti Malaikat, Ruhul Qudus (Al Qudsi) maupun jin, syaithon, maupun iblis.

Semua yang tampak nyata dapat dilihat dengan ke dua mata phisik. Namun yang tidak nampak, hanya bisa dilihat dengan ketajaman rasa (hati kecil/batin).

Pada masa remaja lalu dalam proses mencari SANG ESA, sudah tidak terhitung sang berguru baik tatanan tertulis maupun dunia keilmuan menghabiskan uang tidak terkira. Namun seringkali saya tertipu karena pikiran dan penglihatan saya sendiri oleh kehidupan. Tertipu oleh dunia keilmuan, guru yang salah,, juga sosok tak nampak yang datang. Bahkan sudah tak terhitung saya dijahati oleh kekuatan yang tak nampak membuat saya, keluarga sakit phisik, muntah, sekarat, bahkan bisnis saya juga tertutup. Sementara saya tidak bisa melihat siapa?

Akhirnya dalam satu perenungan panjang, saya mulai berkonsep mencari facility dalam diri yang diberikan Tuhan untuk membedakan sesuatu. Yaitu Ruh Batin (hati kecil).

Mulailah saya berlatih layaknya saklar lampu ON atau OFF, maka saya OFF kan pikiran dan mata phisik saya… dan tekan ON Rasa Hati saya. Belajar dengan main rasa hati.

Saya baru “ngeh” karena saya muslim.. yaitu hakekat para nabi selalu menyepi dan menyendiri. Dan juga pola makan mereka yang hanya sedikit sekali, bahkan perutnya saja sampai dililit kain karena seringnya menahan lapar. Ternyata semua itu adalah dalam rangka mematikan jasad / hawa nafsu / pikiran agar OFF dan Ruhnya sendiri otomatis akan ON.
Baru “ngeh” lagi, hakekat disuruh bangun pada sepertiga malam terakhir yaitu jam 02.30 untuk sholat tahajud. Ternyata dalam ilmu frekuensi otak, bangun pada jam-jam segituh sangat sulit karena frekuensi otak dalam posisi delta (tidur lelap tanpa mimpi) antara 0.1 Hz s/d 3,9 Hz. Dan kita diajari Nabi untuk membiasakan berada di gelombang otak tersebut. Sehingga dikatakan, apapun do’a di sepertiga malam itu pasti terkabul.

Dua syarat itulah yang menjadi pakem utama menemukan Hati Kecil. Membiasakan lapar dengan puasa yang benar-benar mengurangi makan, bukan sekedar memindahkan waktu makan, serta rutin bangun malam untuk sholat hingga subuh.

Hati Kecil atau batin ternyata berada di fekuensi gelombang otak 1,5 Hz. Semakin tajam kalau kita menonaktifkan pikiran sadar di gelombang atas yaitu gamma, beta, dan alpha. Artinya: dalam masalah kehidupan ya jalani saja...do the best, ikhaskan, tidak perlu memendam program ke pikiran atas di gelombang gamma, beta, dan alpha.

Hati kecil benar-benar luarbiasa karena mampu merasakan bahan dasar dari apapun ciptaan Allah dan juga merasakan Dzat Allah alias berkomunikasi dengan bahasaNya.
Tanpa sadar itulah frekuensi khusu’ dalam beribadah, sehingga mudah menangis, tergetar, dan hanyut dalam ketentraman serta mengantar ke ruang kehampaan yang tidak terkira.

Bahkan para sahabat yang melatih ketajaman rasa ini, mampu merasakan getaran energi gempa yang akan terjadi. Sehingga beberapa gempa dapat terdeteksi akan terjadi dan menjadi berita untuk saling mengingatkan antar sahabat. Dan akurat

Pada masa lalu, dengan ketajaman rasa ini... akhirnya membuat tergiur dengan hawa nafsu yaitu tebak-tebakan alias lotre. Dan selalu akurat. Namun lambat laun, kepekaan rasa menjadi berkurang. Kenapa? Karena Tuhan marah? Semua selalu logika, yaitu karena sudah terbawa hawa nafsu pikiran di gelombang gamma dan beta (13 Hz sd 30 Hz) sehingga jadi tidak fokus di gelombang 1,5 Hz. Bermain rasa harus tentram, tawar, tidak ada motif apapun. Apalagi nafsu duniawi. Karena sesungguhnya adalah alat komunikasi kepada Sang Pencipta. Jangan dikotori hawa nafsu.

Ketajaman rasa inilah yang digunakan untuk mendeteksi penyakit, sebab-sebabnya karena apa (yg juga ditunjukkan seorang Ustadz dalam mendeteksi penyakit), juga merasakan gangguan yang gak kelihatan yang datang dari jin. Bukankah bisikan ke dalam ruang dada ini datang dari manusia dan jin (Surah An-Nas)

Ketajaman Rasa adalah layaknya seorang yang “maaf” kurang penglihatan. Namun dia bisa membedakan mana ucap Gocapban atau Seceng. Atau membedakan benda-benda dan sekitarnya. Layaknya sebuah firasat

Seorang yang memiliki ilmu, sangat ditakuti oleh kejahatan ghoib. Juga tidurnya sangat ditakuti. Ilmu adalah pengetahuan yang membuatnya tahu.
Seorang yang memiliki ketajaman rasa akan mudah mengetahui mahluk yang tak nampak (jin) pun bersembunyi.

Seperti sebuah anekdot, ada seorang ahli ibadah yang dijahati mahluk ghoib sehingga hawa rumah panas, jadi emosional antar anggota rumah tangga, juga ibadah terganggu. Karena manusia tidak bisa melihat yg ghoib, akhirnya dibacalah ayat suci. Ketahuilah, jin juga tidak bodoh... dia menutup kupingnya dan bersembunyi. Ibarat rumah kedatangan pencuri yang bersembunyi, namun kita gak tahu ada dimana, akhirnya kita tembaki.... dor..dor..dor dengan bacaan ayat suci. Pencuri bersembunyi menertawai kebodohan sang pemilik rumah.
Namun ada seseorang yg kosong, gak bisa apa-apa, alias tidak punya pistol buat dor dor, namun dia tahu si pencuri bersembunyi. Maka gak perlu ditembak, cuma ngomong: “Hoi, kamu yang di atap ngapain bersembumyi....keluar!!!” Itu pencuri akan kabur terbirit-birit. Itulah makna ketajaman rasa, menjadi tahu.

Bahasa Rasa bisa dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan ruh penyakit, bangsa ghoib, juga benda-benda nyata yang hidup.
Layaknya seorang yang merawat kucing dari kecil, dia tahu kesukaannya si kucing, dan juga tahu maunya apa? Padahal orang itu tidak bisa berbahasa kucing. Juga si kucing gak ngerti bahasa manusia. Namun mereka berdua bisa berkomunikasi. Yaitu dengan bahasa rasa. Bahasa Uniersal alias bahasa tarzan.

Ketajaman Rasa dapat dilatih melalui ibadah sholat malam menurunkan gelombang otak, serta mengosongkan perut, alias makan secukupnya. Dan terus bersihkan badan. Konsep Mahakosmos adalah pembersihan semua programming badan yang menjadi sumbatan masalah kehidupan.
Dan Mahakosmos juga sharing untuk melatih ketajaman rasa yang dapat dimanfaatkan untuk ibadah kepada Tuhan serta kebutuhan duniawi, menajamkan intuisi.

Latihan Mahakosmos adalah dengan kerendahan hati dan kesederhanaan. Healing pembersihan seluruh sumbatan kehidupan, dan tiap pertemuan rutin melatih mengaktifkan otak kanannya agar lebih dominan. Otak kanan yang menghubungkan dengan keluarbiasaan gelombang Alpha untuk mensetting mind set program masa mendatang. Serta membawanya ke dimensi lebih jauh yaitu ketajaman rasa di gelombang Delta.
 
 Semua orang pasti bisa, karena ini adalah yang alamiah dan logika. Yang membuatnya tidak bisa adalah karena membiasakan otak kiri, hitung-hitungan yang membuatnya selalu berhitung dalam kehidupan. Mengharap imbalan. Hawa Nafsu dengan wujud materi.

Ikhlas saja dalam kebaikan. Nikmat sekali.